• Jelajahi

    Copyright © MITRA KPK
    Best Viral Premium Blogger Templates

    MITRA KPK

     


    Foto Bersejarah Ini Bicara Lebih dari Seribu Kata: Para Sultan Adalah Mitra Pemerintah Belanda, Bukan Rakyat Jajahan

    MITRA KPK
    Jumat, 18 Juli 2025, Juli 18, 2025 WIB Last Updated 2025-07-18T19:25:58Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Foto Bersejarah Ini Bicara Lebih dari Seribu Kata: Para Sultan Adalah Mitra Pemerintah Belanda, Bukan Rakyat Jajahan






    Medan, 18 Juli 2025 — Sebuah foto bersejarah kembali menyuarakan realitas masa lalu yang kerap disamarkan dalam narasi sejarah modern Indonesia. Foto yang memperlihatkan para Sultan dari wilayah Melayu menghadiri perayaan besar kenegaraan Belanda, seperti Koningen de Daag (Hari Ratu), menunjukkan bahwa para pemimpin tradisional di Nusantara merupakan bagian dari entitas politik otonom (zelfbestuur), bukan sekadar rakyat jajahan.




    Dalam foto tersebut, para Sultan duduk berdampingan dengan tokoh-tokoh penting dari Belanda di podium kehormatan — suatu posisi yang tidak diberikan kepada pihak yang dianggap sebagai "terjajah". Ini membuktikan bahwa relasi antara kerajaan-kerajaan lokal dengan pemerintah kolonial Belanda lebih menyerupai kemitraan bilateral yang saling menguntungkan, khususnya dalam bidang investasi dan konsesi wilayah.



    "Jika benar kita dijajah, maka seluruh kerjasama bisnis dilakukan hanya antara perusahaan Belanda dan pemerintah kolonial. Namun kenyataannya, banyak kerjasama investasi dilakukan langsung dengan para Sultan yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya," ujar Datuk Hafiz, seorang tokoh Melayu.



    Surat-surat undangan resmi yang dikirim kepada para Sultan kala itu bahkan berbunyi, “Kepada Sahabat Beta, Sultan…” — bukan sebagai bawahannya, tetapi sebagai mitra sejajar. Hal ini mempertegas posisi para Sultan sebagai pemimpin dari negara-negara berdaulat yang tidak pernah dibubarkan secara sah dalam sejarah Republik ini.



    Warisan yang Diabaikan



    Lebih dari sekadar simbolik, foto tersebut menyimpan pesan moral yang dalam. Di masa kini, aset-aset kerajaan seperti tanah konsesi dan wilayah minyak Tamiang yang dahulu dikelola bersama, kini justru dikuasai oleh korporasi dan elit negara tanpa melibatkan ahli waris sah kerajaan.


    "Hari ini para komisaris perusahaan yang berdiri di atas tanah-tanah kerajaan diisi oleh orang-orang dekat kekuasaan. Sementara para pewaris tahta hanya menjadi penonton," tambah Datuk Hafiz.



    Ia juga menyampaikan pesan menyentuh:


    "Jika orang-orang di dalam foto itu bisa bicara, mereka pasti akan berkata: ‘Berdukalah kalian, anak cucuku yang tak mampu mempertahankan hak kalian. Jika kalian menangis, menangislah seperti perempuan. Karena kalian tak bisa mempertahankan warisan tahta ini seperti seorang laki-laki’.”





    Seruan Kesadaran Sejarah



    Foto ini kini menjadi pemantik diskusi publik mengenai keabsahan warisan kerajaan, hak-hak adat atas tanah dan sumber daya alam, serta pentingnya membangkitkan kembali kesadaran sejarah dan harga diri anak bangsa, khususnya generasi muda Melayu.


    "Kita bukan ‘tak ada’, tapi sengaja dibuat seolah-olah ‘tak ada’. Hari ini saatnya bangkit dan luruskan sejarah," pungkas Datu Hafiz.



    Liputan: TIM

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini