Guru CPNS Muda Mengabdi di Pelosok Humbang Hasundutan: “Kami Ada untuk Mengabdi”
Doloksanggul , 19 Juli 2025 — Kabut pagi masih menyelimuti jalanan berbatu yang basah dan berlumpur di Desa Parmonangan, Kecamatan Pakkat, Humbang Hasundutan. Dari balik kabut itu, tampak sosok perempuan muda melangkah mantap menyusuri jalan setapak yang dikelilingi hutan lebat. Dialah Baida Rani, guru madrasah asal Aek Nabara, Labuhan Batu, kelahiran 1995.
Dengan semangat mengabdi, Baida meninggalkan kenyamanan kota demi menunaikan tugasnya sebagai guru CPNS di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Humbang Hasundutan, salah satu madrasah yang berada di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Ia sebelumnya mengajar di SMA dan SMK Swasta di Tanjung Morawa sebelum lulus seleksi CPNS pada tahun 2024.
“Saya kaget saat tahu ditempatkan di daerah terpencil, jauh dari suami dan keluarga. Tapi ketika melihat antusiasme anak-anak untuk belajar, semua rasa lelah itu hilang,” ujarnya dengan mata berbinar saat ditemui di Doloksanggul, Sabtu (19/7/2025).
Madrasah tempat Rani mengajar hanya memiliki ruang kelas sederhana, dengan meja dan kursi yang terbatas. Namun, semangat belajar anak-anak luar biasa. Setiap hari mereka rela berjalan kaki sejauh 3 hingga 5 kilometer demi bisa belajar. Rani pun tak hanya menjadi guru kelas, tapi juga berperan aktif dalam menyusun program tambahan belajar, kegiatan sosial, dan perbaikan ringan fasilitas madrasah.
Mengidolakan dr. Aisah Dahlan, Rani dikenal sebagai sosok yang gemar membaca dan peduli pada pengembangan karakter anak. Ia percaya bahwa pendidikan adalah jalan perubahan. “Saya merasa inilah bentuk nyata dari pengabdian sebagai guru. Bukan hanya mengajar, tapi juga ikut membangun semangat dan karakter anak-anak di sini,” tuturnya.
Kepala Madrasah, Ridawati Sinaga, S.Pd, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Rani dan para guru muda lainnya. “Mereka adalah pahlawan sejati. Datang dengan hati, bekerja dengan ikhlas, dan memberi harapan bagi generasi penerus bangsa,” katanya.
Kementerian Agama menegaskan pentingnya keberadaan guru-guru CPNS di daerah terpencil sebagai ujung tombak pemerataan pendidikan di seluruh pelosok tanah air. Komitmen dan ketulusan guru seperti Rani menjadi motor penggerak perubahan.
Meski dihadapkan pada keterbatasan sarana, akses jalan yang sulit, dan keterpisahan dari keluarga, Baida Rani tetap memilih bertahan. Baginya, menjadi guru bukan semata profesi, tapi panggilan jiwa.
“Kami percaya, perubahan bisa dimulai dari pelosok. Asal ada ketulusan dan semangat untuk mengajar dari hati,” pungkas Rani.
Semangat Rani menjadi cermin ribuan guru muda yang tersebar di pelosok negeri. Mereka hadir di tengah keterbatasan, menjadi pelita harapan, dan menggema lewat suara yang satu:
“Kami ada untuk mengabdi.”
Liputan : TIM